Penyakit LUPUS
adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit
pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang
penyakit Lupus mencapai 5 juta orang, lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi
setiap tahunnya.
Arti kata lupus sendiri dalam bahasa
Latin berarti “anjing hutan”. Istilah ini mulai dikenal sekitar satu abad lalu.
Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa
kemerahan di sekitar hidung dan pipi . Bercak-bercak merah di bagian wajah dan
lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian
kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit,
tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh.
Gejala-gejala
penyakit dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) alias Lupus.
Eritomatosus artinya kemerahan. sedangkan sistemik bermakna menyebar luas
keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau Lupus. Gejala-gejala yang
umum dijumpai adalah:
1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan
pencernaan.
2. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan,
demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif,
sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip
kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram
bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik.
Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua
atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh
penyakit LUPUS ini
5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan
Dr. Rahmat Gunadi
dari Fak. Kedokteran Unpad/RSHS menjelaskan, penyakit lupus adalah penyakit
sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap benda asing. Reaksi
sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh seperti jaringan
kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru,
lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh
darah dan sel-sel darah.
“Penyakit ini dapat
mengenai semua lapisan masyarakat, 1-5 orang di antara 100.000 penduduk,
bersifat genetik, dapat diturunkan. Wanita lebih sering 6-10 kali daripada
pria, terutama pada usia 15-40 tahun. Bangsa Afrika dan Asia lebih rentan
dibandingkan kulit putih. Dan tentu saja, keluarga Odapus. Timbulnya penyakit
ini karena adanya faktor kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi,
pemakaian obat-obatan, terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan
stres,” ujarnya. Penyakit ini justru kebanyakaan diderita wanita usia produktif
sampai usia 50 tahun sekalipun ada juga pria yang mengalaminya. Oleh karena itu
dianggap diduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen.
Pada kehamilan dari
perempuan yang menderita lupus, sering diduga berkaitan dengan kehamilan yang
menyebabkan abortus, gangguan perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat
lahir. Tetapi hal yang berkebalikan juga mungkin atau bahkan memperburuk geja
LUPUS. Sering dijumpai gejala Lupus muncul sewaktu hamil atau setelah
melahirkan.
Tubuh memiliki kekebalan untuk
menyerang penyakit dan menjaga tetap sehat. Namun, dalam penyakit ini kekebalan
tubuh justru menyerang organ tubuh yang sehat. Penyakit Lupus diduga berkaitan
dengan sistem imunologi yang berlebih. Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi
yang berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh. Uniknya,
penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan.
Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat.
Kelainan ini disebut autoimunitas . Antibodi yang berlebihan ini, bisa masuk ke
seluruh jaringan dengan dua cara yaitu :
Pertama, antibodi
aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh, seperti pada sel-sel darah
merah yang menyebabkan selnya akan hancur. Inilah yang mengakibatkan
penderitanya kekurangan sel darah merah atau anemia.
Kedua, antibodi bisa bergabung dengan
antigen (zat perangsang pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut
kompleks imun.Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai
tersangkut di pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan. Dalam keadaan
normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit) Tetapi, dalam
keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat dibatasi dengan baik. Malah sel-sel
radang tadi bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim, yang menimbulkan
peradangan di sekitar kompleks. Hasilnya, proses peradangan akan berkepanjangan
dan akan merusak organ tubuh dan mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini
akan terlihat sebagai gejala penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka
panjang fungsi organ tubuh akan terganggu.
Kesembuhan total dari penyakit ini,
tampaknya sulit. Dokter lebih berfokus pada pengobatan yang sifatnya
sementara.Lebih difokuskan untuk mencegah meluasnya penyakit dan tidak
menyerang organ vital tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar